Aku terus mengambil bajuku lalu memakainya dan membetulkan kain batikku yang terselak di perutku. Toh aku juga tidak tahu ujung pangkalnya. Tidak lama kemudian ada seorang wanita lagi yang datang dan mendekatinya. Kukira dia lagi nunggu temannya. Aku mulai tertarik dan memperhatikan mereka. Mereka bicara dengan suara keras dan nada tinggi seperti sedang memperdebatkan sesuatu. Setelah dilerai oleh Satpam, wanita yang datangnya belakangan akhirnya pergi dengan masih tetap memaki-maki wanita pertama dengan bahasa Sunda.